Temanku, apa yang ada dalam pikiranmu tentang judul dari posting ini? Adam dan Hawa? Penghambat rahmat? Atau hal yang menakutkan? Jangan takut, andai kamu takut. Sebab di sini aku akan share tentang dosa asal menurut yang aku ketahui.

Penciptaan Adam
Tahukah kamu tentang gambar penciptaan Adam di dalam Kapel Sistina? Gambar yang bagus ya? Dari gambar itu ada hal yang menarik yang ingin digambarkan oleh pelukisnya. Kira-kira apa ya? Penasaran? Oke deh.., kasih tahu aja.  Lihat baik-baik lukisannya, yang terlihat dengan jelas adalah dua orang yang ada di sebelah kiri dan yang lain ada di sebelah kanan. Mereka berdua sama-sama mengulurkan tangannya. Gambar sebelah kiri adalah Adam dan yang sebelah kanan adalah Allah Sang Pencipta. Kamu tahu, kan? Bagaimana Adam sebagai nenek moyang kita? Dia berdosa. Dia menjadi manusia pertama yang berdosa. Gambar ini menunjukkan tentang konsepsi Kerahiman Ilahi.

Apa kaitannya dengan dosa asal? Sebenarnya temanku, ada dua buah pandangan teologis tentang dosa asal sendiri. Pertama, pandangan lama tentang dosa asal. Dosa asal dalam pandangan teologi lama, adalah dosa yang dibuat oleh Adam untuk yang pertama kali. Dosa ini juga diwariskan kepada kita hingga sekarang sebagai keturunannya. Nah, maka dengan adanya Kerahiman Ilahi, Allah hadir ke dunia kita manusia dalam diri Yesus Sang Penyelamat. Sehingga Kristus menjadi Adam yang baru.

Kedua, pandangan baru tentang dosa asal. Pandangan ini muncul kira-kira pasca Konsili Vatikan II. Pandangan ini menjelaskan bahwa dosa asal adalah sebuah keadaan. Dosa asal adalah sebuah keadaan dari kita yang sudah berdosa. Dari keberdosaan itu, kita yang semula tidak berdosa ingin melakukan sebuah dosa. Apabila diibaratkan sebuah pakaian yang sudah bersih dicuci dan siap dipakai, dimasukan dalam tong yang penuh sampah. Pastilah orang tidak ingin memakainya, meskipun sudah dicuci. Orang pasti menganggap bahwa pakaian itu kotor dan mencucinya lagi. Lho?! Berarti tidak ada hubungannya dengan dosa Adam? Tentu tidak. Begini, yang berbuat adalah Adam, mengapa kita harus menanggungnya juga? Sedangkan Adam sendiri berbuat dosa dari bujukan Hawa yang dibujuk  juga oleh setan dalam rupa ular beludak. Keberadaan ular merupakan sebuah fungsi keadaan tentang keberadaan setan.

Kaitan pandangan kedua ini dengan kehadiran Kristus dalam sejarah kita, kita tahu bahwa Kristus adalah Sang Sabda yang menjadi manusia dan Sang Terang. Kristus hadir sebagai penerang dalam kegelapan dosa, termasuk dosa asal. Jadi, dosa asal kembali adalah sebuah keadaan keberdosaan dunia dan dengan kuasa Kerahiman Ilahi, Allah menghadirkan Kristus sebagai terang dan dapat pula menjadi benteng kita.

6 tanggapan untuk “Konsep Dosa Asal

  1. Banyak orang beranganggapan bahwa dosa asal adalah dosa turunan, dosa karena Nabi Adam bersalah sehingga kita anak turunnya ikut menanggung dosa itu. Dosa yang diwaeiskan. Pendapat ini masih ada sehingga jini, terutama penganut Abrahamic. Dimana kala itu sampai ada pendapat yang berbeda muncul, itu yang diimani. Ketika orang berpikir, Siapa berbuat siapa yang fihukum? Muncullah pendapat bahwa dosa asal ada karena lingkungan kita yang berdosa. Mengapa bayi lahir menangis? Karena dia menyesal lahir di dunia dalam keadaan dosa. Orang-orang di sekitar kita yang berdosa, sehingga kita jadi terimbas dalam dosa. Mka Kristus lahir untuk menebus keadaan ini. Visi, misi Kristus adalah bagaimana agar kita tidak terjatuh dalam dosa terlalu dalam sehingga lingkungan kita limit mendekati nol dalam dosa. Sekatrang bagaomana kita ikut berperan serta dlam visi dan misi Yesus Kristus agar tidak selalu berbuat dosa, apapun alasannya. Sehingga lingkungan kita ada dalam keadaan tak berdosa. Nek isa. Harus bisa. Sebagai orang Kristiani, lakukan dengan perbuatan, tingkah laku yang baik, sehingga bisa menjadi garam bisa menjadi terang di lingkungan kita. BERKAH DALAEM GUSTI.

    1. Pertama, Santo Agustinus berpendapat bahwa Dosa adalah ketidakmampuan manusia untuk berbuat baik karena manusia lahir sebagai seorang pendosa. Karena Adam dan Hawa berbuat dosa di Taman Firdaus, seluruh manusia sulit/tak dapat datang kepada Allah. Dasar biblisnya Kej. 3 dan Roma 5

      Kedua, Konsili Trente yang pada waktu itu menghadapi Reformasi Martin Luther mengajarkan, Jika seseorang berkata bahwa dosa Adam melukai hanya Adam saja dan tidak melukai seluruh keturunannya; bahwa dia kehilangan kesucian dan keadilan hanya untuk dirinya sendiri dan tidak sedikitpun pada keturunannya; atau dosa ketidaktaatanya itu mewariskan kematian dan dan hukuman badan saja kepada semua manusia dan tidak mewariskan dosa yang mendatangkan kematian jiwa, maka orang itu harus diekskomunikasi. Dasar dogma ini adalah Roma 5: 12 dan Roma 5: 14.

      Ketiga, Teolog tradisional berpegang pada Kej 3. Mereka percaya bahwa Kej 3 benar-benar terjadi. Karena itu ada 2 kategori dosa yang berpengaruh kepada manusia: dosa melawan Allah dan dosa itu diwariskan kepada keturunan manusia. Denga diturunkan, maka kita mengalami ketidakmampuan mendekati Allah.
      Perkembangan berikutnya, dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kita menyadari bahwa Kej 1-11 tidak benar-benar terjadi seperti itu. Kej 1-11 menjelaskan cerita mitos bagaimana “virus” dosa masuk ke dalam sejarah manusia. Maka, tafsirnya menjadi karya penciptaan Allah dan bagaimana situasi negatif menyusup.
      Pada Roma 5 :12 disitu ditulis “… karena semua orang telah berbuat dosa.” Santo Paulus menganggapnya sebuah kenyataan, bukan akibat dari Adam. Karena semua orang berdosa maka maut merangkum semua manusia. Di sini Paulus berbicara bagi orang dewasa. Memang kekuasaan dosa masuk ke dunia melalui Adam. Dosa-dosa pribadi mempertegas kedurhakaan Adam. Namun yang paling penting adalah pendapat paulus selanjutnya bahwa penebusan Kristus adalah penebusan yang menyeluruh, bagi semua orang. Universalitas itu berlaku sama seperti dosa. Analoginya, jika Adam masuk untuk merusak, maka Kristus hadir untuk membebaskan manusia belenggu dosa. (Roma 5: 21)

      Kristus Hadir sebagai benteng kita, sebagai guru yang membantu dan mengajarkan kita agar terhindar dari dosa. Amin.

      1. Pandangan yang “meyanggah” teologi tradisional ini sendiri belum diapprove oleh Gereja Katolik kok, malah sebaliknya yang tradisional itu masih dipegang sampai sekarang, malah sudah otoritatif.

        For the faithful cannot embrace that opinion which maintains that either after Adam there existed on this earth true men who did not take their origin through natural generation from him as from the first parent of all, or that Adam represents a certain number of first parents. Now it is in no way apparent how such an opinion can be reconciled with that which the sources of revealed truth and the documents of the Teaching Authority of the Church propose with regard to original sin, which proceeds from a sin actually committed by an individual Adam and which, through generation, is passed on to all and is in everyone as his own. http://www.vatican.va/holy_father/pius_xii/encyclicals/documents/hf_p-xii_enc_12081950_humani-generis_en.html

        original sin (dosa asal) yang berasal sebuah dosa yang SECARA AKTUAL dilakukan oleh seorang individu Adam.
        Bagaimana bisa ada dosa yang secara aktual dilakukan bila sang pendosanya tidak ada (atau tidak eksis)?

        Lalu, Paus Paulus VI juga berpihak pada yang tradisional itu.
        “We believe that in Adam all have sinned, which means that the original offense committed by him caused human nature, common to all men, to fall to a state in which it bears the consequences of that offense, and which is not the state in which it was at first in our first parents, established as they were in holiness and justice, and in which man knew neither evil nor death. It is human nature so fallen, stripped of the grace that clothed it, injured in its own natural powers and subjected to the dominion of death, that is transmitted to all men, and it is in this sense that every man is born in sin. We therefore hold, with the Council of Trent, that original sin is transmitted with human nature ‘not by imitation, but by propagation’ and that it is thus ‘proper to everyone.'”
        http://www.vatican.va/holy_father/john_paul_ii/audiences/alpha/data/aud19861008en.html

        Dengan demikian, pandangan teologi baru “Teologi baru beranggapan bahwa Dosa Asal adalah sebuah fungsi keadaan dunia yang sudah berdosa sejak semula.” itu jelas keliru dan bertentangan dengan apa yang diajarkan Para Paus. Sebab, bila manusia sejak semula sudah berdosa, maka Gereja tidak perlu lagi mengajarkan “The State of Man in Fallen Nature” akibat dosa yang dilakukan Adam. Tampaknya, anda kebingungan antara Dosa Asal dan Dosa Aktual.

  2. Sebagai tambahan saja, dari Katekismus Gereja Katolik terutama no 404. Adam memiliki Kekudusan dan Keadilan Asli yang seharusnya diwariskan olehnya kepada keturunan-keturunannya, namun Adam kemudian kehilangan keduanya sehingga tidak bisa mewariskannya kepada keturunannya. Akhirnya, apa yang diterima oleh manusia setelah Adam adalah Kondisi kehilangan kekudusan dan keadilan asli ini.

    402 Semua manusia terlibat dalam dosa Adam. Santo Paulus mengatakan: “Oleh ketidak-taatan satu orang, semua orang telah menjadi orang berdosa” (Rm 5: 191. “Sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa” (Rm 5:12). Rasul mempertentangkan universalitas dosa dan kematian dengan universalitas keselamatan dalam Kristus: “Sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang mendapat penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang mendapat pembenaran untuk hidup” (Rm 5:18).

    403 Sehubungan dengan santo Paulus Gereja selalu mengajar bahwa penderitaan yang sangat banyak membebani manusia, dan kecondongannya kepada yang jahat dan kepada kematian tidak dapat dimengerti tanpa hubungan dengan dosa Adam dan dengan kenyataan bahwa ia meneruskan kepada kita suatu dosa, yang kita semua sudah terima pada saat kelahiran dan yang “merupakan kematian jiwa” Bdk. Konsili Trente: DS 1512.. Karena keyakinan iman ini Gereja memberi Pembaptisan untuk pengampunan dosa juga kepada anak-anak kecil yang belum melakukan dosa pribadi Bdk. Konsili Trente: DS 1514..

    404 Mengapa dosa Adam menjadi dosa bagi semua turun-temurunnya? Dalam Adam seluruh umat manusia bersatu “bagaikan tubuh yang satu dari seorang manusia individual” (Tomas Aqu., mal. 4, 1). Karena “kesatuan umat manusia ini”, semua manusia terjerat dalam dosa Adam, sebagaimana semua terlibat dalam keadilan Kristus. Tetapi penerusan dosa asal adalah satu rahasia, yang tidak dapat kita mengerti sepenuhnya. Namun melalui wahyu kita tahu bahwa Adam tidak menerima kekudusan dan keadilan asli untuk diri sendiri, tetapi untuk seluruh kodrat manusia. Dengan menyerah kepada penggoda, Adam dan Hawa melakukan dosa pribadi, tetapi dosa ini menimpa kodrat manusia, yang selanjutnya diwariskan dalam KEADAAN (state) dosa Bdk. Konsili Trente: DS 1511-1512.. Dosa itu diteruskan kepada seluruh umat manusia melalui pembiakan, yaitu melalui penerusan kodrat manusia, yang kehilangan kekudusan dan keadilan asli. Dengan demikian dosa asal adalah “dosa” dalam arti analog: ia adalah dosa, yang orang “menerimanya”, tetapi bukan melakukannya, satu keadaan (State) bukan perbuatan (Act).

    405 Walaupun “berada pada setiap orang secara pribadi” Bdk. Konsili Trente: DS 1513., namun dosa asal tidak mempunyai sifat kesalahan pribadi pada keturunan Adam. Manusia kehilangan kekudusan asli, namun kodrat manusiawi tidak rusak sama sekali, tetapi hanya dilukai dalam kekuatan alaminya. Ia takluk kepada kelemahan pikiran, kesengsaraan dan kekuasaan maut dan condong kepada dosa; kecondongan kepada yang jahat ini dinamakan “concupiscentia”. Karena Pembaptisan memberikan kehidupan rahmat Kristus, ia menghapus dosa asal dan mengarahkan manusia kepada Allah lagi, tetapi akibat-akibat untuk kodrat, yang sudah diperlemah tinggal dalam manusia dan mengharuskan dia untuk berjuang secara rohani.

    406 Ajaran Gereja mengenai penerusan dosa asal dijernihkan terutama dalam abad ke-5, teristimewa di bawah dorongan pikiran anti-pelagian dari santo Agustinus, dan dalam abad ke-16 dalam perlawanan menentang reformasi. Pelagius berpendapat bahwa manusia sendiri berkat daya alaminya dan berkat kehendak bebasnya dapat menghayati kehidupan susila yang baik, tanpa memerlukan bantuan rahmat Allah, dan dengan demikian membatasi pengaruh dosa Adam menjadi suatu contoh kehidupan yang buruk saja. Sebaliknya para reformator pertama mengajarkan bahwa manusia sudah rusak sama sekali oleh dosa asal dan bahwa kebebasan sudah ditiadakan. Mereka mengidentifikasikan dosa yang diwarisi oleh setiap orang dengan kecondongan kepada yang jahat, yaitu concupiscentia, yang dianggap sebagai tidak terkalahkan. Terutama pada tahun 529 dalam Sinode kedua Orange Bdk. DS 371-372. dan pada tahun 1546 dalam Konsili Trente Bdk. DS 1510-1516. Gereja menyatakan pendiriannya mengenai makna wahyu tentang dosa asal.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.